Jreng.. sebagian wanita mungkin merasa seeer.. seeer.. gimana
gitu kali ya, baca headline nya (ngikik kuda). Topik ini seru kan? Sebagian merasa
sebagai bahasan yang selalu hangat, bisa jadi ada yang berfikir topik yang tak
menarik untuk dibincangkan karena bikin pro kontra, ada yang enggan
membicarakan, atau bahkan terkesan menghindari. Buat yang sudah deg deg seer
baca judulnya, maaf sekali, saya tak berbicara tentang istri muda yang
biasanya. Ini cerita tentang istri muda yang lain (he..he ).
Menjadi istri muda, mengalaminya, menjalani hari-harinya,
meresapi kebimbangannya, merasakannya resahnya, memahami getirnya. Anda sedang
melaluinya?, ya, saya pun telah melaluinya?. Istri muda, istri yang muda. Gadis
yang menjadi istri di umur hampir sembilan belas tahun. Tanpa rencana, tanpa
mimpi, hampir tanpa bekal, selintas bersama cemas, mungkin genggaman harap, beserta
berbukit niat menuntut ilmu, gunungan semangat perbaikan diri, juga, cinta yang
melangit.
Tak berselang bulan, sejak
mengikatkan diri pada pemuda yang dulunya saya panggil “kakak”, istri muda ini
terbang untuk membaktikan diri yang bahkan tak pernah saya bayangkan. Menemani suami
menyelesaikan kewajiban menuntut ilmu di kota pelajar. Wah.. rasanya sungguh
menakjubkan, tidak berjalan sebagai kekasih, tapi bergandeng tangan sebagai
seorang istri muda (hehehe, aneh banget deh, saat ini ada perasaan malu
gandengan berdua. Zaman sekarang, yang belum nikah ga ada malu-malu nya ^yang
merasa, buruan nikah yau. hohoho^).
Begitu tiba di kontrakan yang ternyata cukup besar untuk
berdua, dunia kami berdua. Disambut pertanyaan dengan (sedikit) heran dari ibu
kontrakan mengapa menikah begitu muda. Tiada jawaban yang tepat, selain memang Qadha
Allah telah terjadi, ya, jodoh kami tiba diwaktu ini. Dengan polosnya
menceritakan proses lamaran dan pernikahan, tanpa prasangka, yang bisa saja
sebagian memberi penilaian kami menikah karena sebab yang tak dikehendaki (dan
ini baru saya sadari setelah hampir sepuluh tahun menjadi istri, wkwkwkwk,
syukurlah, bisa tambah pening barbie kalo nyadar di awal pernikahan yang manis).
Bimbang, datang saat suami keluar rumah. saya merasa sepi,
sendiri, tak ada teman untuk bercerita, sahabat dan keluarga yang jauh
diseberang lautan. Remaja akhir yang tak sepenuhnya siap untuk kehidupan rumah
tangga. Eits. Bukan berarti kita hanya menikah saat kita benar-benar siap yah, karena
kita tak pernah tahu kapan waktunya. Beruntung, memiliki suami dengan
pengertian penuh, beliau ternyata lebih siap (alhamdulillah, jazakallah
sayangkuh). Beberapa buku pernikahan dan rumah tangga berjejer rapi di rak buku
mungil, beliau tak pernah meminta untuk membaca. Baru saya temukan beberapa
hari kemudian, saat bingung harus mengerjakan apa lagi.
Berbekal pemahaman awam gadis muda, beberapa garis besar
kewajiban dan hak istri dalam rumah tangga islam berusaha saya ingat. Beberapa detil
mungkin terlewat, sebagian terlupa, banyak yang terhalang ego. Tapi tetap, saya
memaksa menghantarkan diri menuju kebaikan. Hal ini tak saya pelajari saat
sekolah menengah, tak saya dapat saat bergaul, tak sepenuhnya saya fahami
dikeluarga, bagai angin lalu saat “briefing” singkat di KUA sebelum pernikahan.
Sungguh, para gadis, kalian yang belum menikah, betapa
pentingnya menuntut ilmu mengurus rumah tangga, menjadi istri, bersiap menjadi
ibu. Kumpulkan lah sekarang juga, sedari dini, sehingga awal pernikahan menjadi
semakin indah. Pun kita, para ibu, anak gadis belasan yang berada dalam asuhan
kita tak hanya layak mendapat pendidikan akademis, juga wajib kita bekali ilmu
menjadi istri. Apalagi anda, para istri muda. Segeralah kejar ilmu yang
bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga yang baru saja kalian rajut, jangan
tertinggal terlalu lama seperti saya, melesat lah lebih cepat.
Istri muda, yang tak pandai mengatur menu harian. Istri muda,
yang kadang merasa membersihkan rumah bisa dilakukan beberapa kali seminggu. Istri
muda, yang masih suka menyetel lagu favorit ngalah-ngalahin tangisan anak
tetangga. Istri muda, yang ngambeknya gak ketulungan. Istri muda, yang selalu
minta dimengerti (pas banget, masa itu tuh ya, lagunya ADA BAND lagi hits
banget). Istri muda, yang cemburunya mematahkan rekor puncak everest. Istri muda,
yang mellow saat sadar jauh dari keluarga. Istri muda, yang saat itu belum
ngaji islam dengan intensif sehingga belum memahami seutuhnya hak dan kewajiban
istri ataupun suami. (#yuk ngaji)
Minimnya bekal, tak mengurangi romantisnya pengantin baru
dong ya? (ciee..ciee.. yuks mak mak sekalian, kita menyelam lagi ingatan yang
bikin sumringah inih). Belajar memasak berdua, membersihkan rumah berdua, ke
pasar berdua, kadang memasak berdua, pokoknya saat bisa berdua, berduaan terus
deh. Menu yang taste nya sedikit unik pun jadinya tak masalah kan buat
berdua (kedip mata).
Well, menuntut ilmu, sepanjang hayat. Sejak menjadi istri
muda hingga pengantin baru saat ini (baru... berapa belas tahun yah? #polos). Mengasah
kemampuan, menambah bekal, memetik hikmah, memilah inspirasi, tak berhenti
hingga saat ini, walaupun saya tak muda lagi. Karena ternyata tantangan rumah
tangga tak hanya datang di awal pernikahan, kerikil keluarga tak hanya ada
ketika menjadi istri muda, hujan dan badai dapat datang kapan saja, saat Allah
menghendaki.
Sehingga kelak, jika dede Hana beranjak remaja, insyaAllah
saya akan berusaha menyiapkannya menjadi istri terbaik bagi suaminya, ibu
ternyaman bagi anak-anaknya. Semoga Allah berikan suami sepertinya abinya yang
menjaga wasiat Rasulullah untuk selalu berbuat baik terhadap istrinya. Pula anak-anak
lelaki , semoga dapat mewarisi dan meneladani abinya dalam memperlakukan istri.
Agar dapat mendapati salah satu ciri laki-laki mulia.
“tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan
wanita kecuali laki-laki yang rendah.”
No comments:
Post a Comment