Sunday 23 October 2016

universitas kehidupan, tempat belajar meraih ridho Ilahi
jika ditanya ingin mengambil jurusan apa seandainya saya memiliki kesempatan untuk belajar kembali, secara formil saya ingin melanjutkan linear keilmuan psikologi hingga dapat berperan merumuskan dan menemukan kembali dasar-dasar ilmu kejiwaan Islam. Hanya saja Secara spontan saya akan menjawab, fashion design ! (dengan mata berbinar-binar saya akan menjelaskan panjang lebar ketertarikan terhadap magnet kaum hawa ini). Ya, sejak kecil saya sangat menyukai dunia fashion, ketika teman-teman memakai pakaian yang sedang trend, saya senang costum yang sesuai dengan selera dan keinginan saya (disamping memang orang tua saya tergolong tidak dapat membeli pakaian yang sesuai dengan tren ;) ). Dengan biaya minimal saya dapat pakaian yang saya sukai, karena membeli pakaian baru mungkin hanya terjadi setahun sekali bagi kami, penghasilan PNS yang dicukupkan untuk makan sebulan, tak memadai untuk membeli pakaian baru secara berkala bagi enam bersaudara dirumah kami. Thats why, tampil chic dengan modal minimal menjadi pilihan bagi saya (hehehe). Bisa jadi dunia fashion, tas, sepatu, adalah dunia yang disenangi mayoritas wanita, pasar yang luas menggiurkan saya untuk lebih menekuni dunia ini (ujung-ujung nya duit). Dalam sistem ekonomi kapitalis hari ini, dimana kebutuhan dasar individu tak lagi sepenuhnya disubsidi oleh negara (bahkan banyak subsidi yang dicabut secara perlahan) tentu membuat kita bekerja lebih keras. Impor budaya konsumtif pada remaja, anak-anak, wanita dan keluarga juga memaksa para pencari nafkah bekerja lebih kreatif atau tercebur dalam usaha-usaha yang bathil hingga haram.
Ternyata bukan, bukan ilmu tersebut yang ingin saya pelajari kembali saat ini. Menyadari bahwa saya bukanlah wanita yang dapat bekerja secara multi tasking dengan baik, saya menunda dulu keinginan saya tersebut. Saya salut terhadap wanita yang mampu “hadir” dalam dunia dan tetap mampu menyelaraskan urusan rumah tangga (perlu banget skill ini ya moms). Dengan kelapangan hati, saya akan memilih mempelajari kembali ilmu pendidikan anak dan pengelolaan keluarga. Karena ingin seutuhnya menjadi ummun wa rabbatul bait di rumah saya, menuntun anak-anak menemukan perannya kelak dalam peradaban islam yang gemilang. Dunia fashion bisa menanti jika Allah masih memberikan kesempatan hidup sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. Sementara anak-anak yang kini bertumbuh tak dapat menanti. Saya wajib mengupayakan ikhtiar terbaik, terlepas kelak hasil akhirnya seperti apa. Tak hanya mendidik dan mengelola keluarga sendiri, saya ingin menularkan ilmu pendidikan anak dan pengelolaan keluarga pada ibu-ibu lain, mengajak mereka bersama-sama menuntut ilmu sehingga dapat terwujud kebangkitan dan kemuliaan keluarga dalam sistem pendidikan terbaik.

Pelan tapi pasti, saya akan kembali membuka text book kuliah yang tersusun rapi untuk merumuskan langkah kecil dalam mengarsiteki calon pemimpin masa depan, mengumpulkan pengetahuan yang terserak untuk melengkapi pemahaman saya terhadap dunia anak dan keluarga. Bersabar dalam menimba ilmu serta tidak tergesa-gesa memahami informasi yang terkadang memunculkan asumsi ”ah, saya sudah tahu materi ini”, padahal nyatanya saya hanya sekedar tahu tanpa memahami. Saya ingin pandai memetik hikmah dari setiap kejadian dalam pengasuhan anak-anak, menarik benang merah dari scene apapun bersama suami dan keluarga, sehingga ikhlas dapat hadir dalam jiwa. Bahwa apa adanya seorang hamba Allah, apapun peran kita, sebagai istri, ibu, anak, tetangga, sahabat, berlaku lah seperti apa adanya yang disampaikan Allah lewat RosulNya. Karena kelak kita akan ditanya, atas dasar apakah kita memilih sikap?, menuruti perasaan dan hawa hafsu kah, atau dibawah tuntunan syariatNya?.

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik