Kurang lebih
begitulah redaksi ekspresi rasa syukur setahun yang lalu. Kehamilan yang kami
tunggu dua tahun terakhir, akhirnya terjadi juga. SubhanAllah rasa syukur tak
terhingga kami panjatkan atas amanah mungil ini. Bagaimana tidak begitu
bersyukur?, setelah program hamil anak perempuan selama setahun, dan belum
berhasil (hehehe) tentu saya (sepertinya suami juga) merasa sedikit tertekan (salut
dan doa kebaikan bagi pasangan yang belum melihat garis dua di strip test).
Dalam program
hamil anak perempuan tersebut kami mendatangi dokter kandungan perempuan yang
memberikan tabel apa yang harus dilakukan pasutri untuk memperoleh anak perempuan,
makanan apa yang harus sering dikonsumsi, jenis minuman dan makanan apa yang
dihindari. Kapan saat yang memungkinkan untuk terjadinya ovulasi yang
diinginkan, hingga trik agar sel yang diinginkan saja yang mencapai sel telur.
Tumbuh dengan
banyak kejadian tak terencana (jiahhh, alhamdulillah Allah always plan the best)
tentunya membuat saya merasa tak nyaman dengan upaya perencanaan ini (haaa,
dont think this at home moms!). Menyiapkan makanan tertentu, mengatur waktu
bertemunya sel telur, menghitung masa subur seakurat mungkin terasa tak nyaman.
Beberapa kali ke dokter kandungan, yang sering di sounding beliau adalah betapa
“sulitnya merencanakan kehamilan anak perempuan”. Aihh... dokter perempuan yang
katanya baik hati ini terlihat tak berempati bagiku (subjektif yaa moms!).
Well, setelah
setahun berjalan, kami merasa tak cocok dengan program ini (gak gue banget deh,
hohoho, aslinya emang orangnya gak disiplin). Sampai akhirnya kami menyepakati
untuk lempeng aja deh kayak jalan tol, nothing too lose, its baby girl or baby
boy doesnt really matter anymore ;). Yang penting hamil, titik. Maka mulailah
kami enjoy saja berusaha “mendatangkan” kehamilan kali ini.
Disertai doa
yang tak henti, sadaqah yang senantiasa diniatkan untuk kehadiran buah hati,
kami menikmati hari-hari menanti. Setiap terlambat satu hari, dua hari, selalu
tak sabar untuk mencoba apakah ia garis satu atau dua. Hehehe, ini nih,
emak-emak. Giliran anaknya nongol, seringnya diomelin, giliran gak nongol
dinanti-nanti. Jika suami memilih doa diberikan yang terbaik, maka saya berdoa
jika Allah ridho, saya berharap dikaruniai putri yang sholihah, sehat, cerdas
dan cantik (teteup).
Alhamdulillah,
januari 2015 adalah haid terakhir. Yeayyyy... senangnya menjalar keseluruh
tubuh. Saat itu, kami sedang diskusi pembayaran faktur bersama suami. Entah kenapa,
hati yang gelisah karena terlambat selama lima hari segera memenuhi rasa
penasaran. Garis dua berwarna merah muda di strip itu membuat senyum tak lepas
dari wajah saya. Ketika suami diperlihatkan dua garis tipis tersebut, beliau
langsung bertahmid, bersyukur dan tak lupa documented strip itu (hahaha,
syukurlah beliau tak pernah mengupload gambar).
Serunya, tak
berapa lama, feeling bumil nya langsung keluar. Yang tadinya beraktivitas
normal, tetiba merasa lemah dan pengen rebahan . hehehehe, modus banget yah
biar disayang suami. Saya langsung ditawarin mau jus apa, mau buah apa, mau
makan siang apa, beli minuman bumil merk apa, kapan kontrol ke dokter. Alhamdulillah,
syukur tak terhingga merasa nikmat hamil kembali. Semoga momies, bunda, dan
ummahat semua yang sedang menanti buah hati (lagi) dikaruniakan keadaan yang
terbaik. Aamiin.
No comments:
Post a Comment